Info Kesehatan Berita & Kegiatan

Sabtu, 25 Mei 2019 | dr Ruhaya Fitrina, SpS
Reaksi Otak Saat Jatuh Cinta dan Patah Hati

Sebagai regulator tubuh, otak mengalami perubahan besar ketika kita mengalami peristiwa jatuh cinta maupun patah hati. Berdasarkan sejumlah penelitian, jatuh cinta dan patah hati memiliki efek yang serupa dengan mengonsumsi zat adiktif. Jatuh cinta dan patah hati? Siapa yang belum pernah merasakannya? Hampir semua orang pernah mengalami salah satunya atau bahkan keduanya. 

Richards Scwhartz dari Harvard Medical School mengungkapkan jatuh cinta dan patah hati merupakan respons biologis yang alami sebagai seorang manusia. Oleh karenanya, pengalaman tersebut sangat memengaruhi seluruh bagian tubuh manusia, khususnya pada bagian otak yang berperan sebagai regulator tubuh.

Apa yang terjadi pada otak kita ketika kita sedang jatuh cinta?

Pat Mumby, Direktur The Loyola Sexual Wellness Clinic dan pengajar di Loyola University Chicago Stritch School of Medicine memaparkan bahwa ketika kita sedang jatuh cinta, tubuh kita melepaskan senyawa kimia seperti dopamine, adrenaline, dan norepinephrine yang dapat menimbulkan reaksi tubuh tertentu. Senyawa tersebut merupakan penyebab dari tubuh seperti pipi yang bersemu merah, keringat pada telapak tangan, dan debar jantung yang menggebu-gebu.

Dalam penelitiannya pada tahun 2005, Helen Fischer seorang ahli antropologi biologis, membandingkan hasil pemindaian otak sebanyak 2.500 mahasiswa saat melihat dua jenis gambar, yakni orang yang mereka sukai dan kenalan biasa. Hasilnya menunjukkan adanya aktivitas peningkatan hormon dopamine pada bagian otak, yang mana merupakan neurotransmitter yang menghantarkan perasaan bahagia. Perasaan jatuh cinta tersebut muncul akibat adanya pelepasan dopamin. Dopamin adalah zat kimia pada otak yang dilepaskan saat Anda sedang jatuh cinta. Hal ini memberikan Anda perasaan bahagia.

Saat Anda sedang jatuh cinta, bagian otak yang bertanggung jawab atas keputusan dan pertimbangan terhadap suatu hal berhenti bekerja, sesuai laporan pemindaian Magnetic Resonance Imaging. Kondisi ini membuktikan, mengapa orang yang sedang jatuh cinta sering dituduh kehilangan akal juga tidak berpikir praktis dan realistis.

Bagian otak yang menunjukkan aktivitas tertinggi adalah bagian nukleus caudatus yang menjadi pusat untuk ekspektasi akan suatu kepuasan, dan ventral tegmental yang dikenal sebagai pusat rasa bahagia, rasa perhatian, dan motivasi untuk memperoleh kebahagiaan.

Selain kedua bagian tersebut, bagian otak lain yang juga berkaitan pada peristiwa jatuh cinta adalah amygdala, hipocampus, dan korteks prefrontal. Jika diibaratkan, jatuh cinta dapat menimbulkan efek sama seperti dari perilaku penggunaan kokain atau konsumsi alkohol. Selain itu, yang menarik adalah peningkatan level hormon kortisol atau hormon stress yang menginduksi perilaku obsesi pada masa awal jatuh cinta.

Bagaimana proses yang terjadi di otak ketika patah hati? 

Apabila pengalaman jatuh cinta yang dilalui oleh seseorang dianggap menimbulkan efek yang sama seperti mengkonsumsi kokain, maka patah hati dapat dianalogikan seperti pecandu yang berhenti mengkonsumsi zat adiktif apapun.

Ketika seseorang kehilangan cinta, seketika tubuh akan kehilangan neurotransmitter pengantar perasaan bahagia yang mulanya banyak membanjiri tubuh. Rasa sakit yang muncul pada saat patah hati bukan hanya sekadar rasa sakit emosional, namun juga fisik. Secara ilmiah patah hati, perasaan dicampakkan, dan kekecewaan mengaktifkan bagian otak yang merespons rasa sakit pada bagian tubuh meski tidak ada luka fisik.

Pada tahun 2011, Edward seorang ahli neurologi kognitif dari Columbia University melakukan pemindaian pada otak orang-orang yang baru saja mengalami patah hati. Hasil pemindaian membuktikan bahwa bagian paling aktif dari otak ketika seseorang melalui proses patah hati adalah bagian otak yang sama dalam merespon rasa sakit yang terjadi saat terdapat luka fisik pada tubuh.

Bagi otak kita, rasa sakit akibat patah hati adalah sangat nyata. Maksudnya adalah, otak kita tidak dapat segera memproses peristiwa sakit hati, sehingga berkurangnya hormon dopamine tersebut diartikan sebagai kesakitan fisik dan kelelahan. Dari hasil pemindaian MRI, dopamin tidak hanya membuat Anda bahagia, tapi juga sedih. lonjakan dopamin selama jatuh cinta membuat kadar serotonin (hormon memperbaiki suasana hati) dalam tubuh menurun. Serotonin berperan mengatur mood dan nafsu makan. Penurunan serotonin dapat membuat Anda merasa cemas dan gelisah. 

Para ilmuwan menemukan, penurunan kadar serotonin saat sedang jatuh cinta serupa dengan orang-orang yang menderita gangguan obsesif kompulsif-- gangguan yang ditandai dengan pikiran negatif, yang membuat seseorang gelisah.

Patah hati juga menyebabkan bagian korteks prefrontal seseorang menjadi tidak berfungsi, yang berpengaruh pada kemampuan untuk menganalisis informasi secara objektif. Ketika dihadapkan pada kondisi ini, otak akan memasuki kondisi panik dan, tubuh akan dibanjiri oleh hormon stress seperti kortisol dan epinephrine yang mengakibatkan kram, sakit kepala, nyeri dada, dan kelelahan. Terkadang kondisi ini bertahan cukup lama bergantung pada seberapa cepat orang tersebut untuk “move on”.

Namun kabar baiknya, otak kita terprogram untuk dapat beradaptasi dengan kondisi ini sehingga seiring berjalannya waktu kita terutama otak dapat menyesuaikan diri dan otak tahu bagaimana melakukannya.

Refrensi
http://neuro.hms.harvard.edu/harvard-mahoney-neuroscience-institute/brain-newsletter/and-brain-series/love-and-brain
https://exploringyourmind.com/brain-during-breakup-broken-heart/

WORKSHOP PEGAWAI KLINIK UTAMA RUMAH TERAPI STROKE
Minggu, 11 September 2025 | dr. Ruhaya Fitrina, S.pN (K), Sub.Sp NRE
Membangun Tim yang Tanggap dan Profesional ...
Detail
AKREDITASI UTAMA: VALIDASI NASIONAL ATAS PELAYANAN KLINIK UTAMA RUMAH TERAPI STROKE
Minggu, 09 September 2025 | dr. Ruhaya Fitrina, S.pN (K), Sub.Sp NRE
...
Detail
TRANSFORMASI LAYANAN FISIOTERAPI MELALUI SERTIFIKASI INTERNASIONAL
Minggu, 09 September 2025 | Doni Febri, A.Md, FT
...
Detail
Reaksi Otak Saat Jatuh Cinta dan Patah Hati
Sabtu, 25 Mei 2019 | dr Ruhaya Fitrina, SpS
Sebagai regulator tubuh, otak mengalami perubahan besar ketika kita mengalami peristiwa jatuh cinta maupun patah hati. Berdasarkan sejumlah penelitian...
Detail
Neurorestorasi
Senin, 10 Desember 2018 | dr. Ruhaya Fitrina, Sp.S - RUmah Terapi Stroke Bukittinggi
Neurorestorasi adalah salah satu prosedur aktif untuk memperbaiki sistim saraf yang rusak baik secara fungsional maupun patologi...
Detail
Peringatan Hari Stroke Dunia
Senin, 29 Oktober 2018 | dr. Ruhaya Fitrina, Sp.S - RUmah Terapi Stroke Bukittinggi
Stroke adalah sindroma fokal neurologi yang terjadi mendadak yang disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah otak akibat prose...
Detail
Low Back Pain (LBP)
Minggu, 12 September 2018 | dr. Ruhaya Fitrina, Sp.S - Rumah Terapi Stroke Bukittinggi
Seperti gedung pencakar langit modern, tulang belakang manusia menentang gravitasi, dan kita adalah makhluk berkaki dua vertikal. Membentuk infrastruk...
Detail